Jumat, 24 Agustus 2012

Perbincangan

Apa iya ini semua hanya soal letak titik yang sudah tidak lagi satu pada peta?
Bila begitu, mengapa masih saja tersebut namamu dalam setiap bincangku dengan Tuhan?
Tidak, bincangku dengan Dia Yang Kuasa tak pernah sebut letak titik.
Tenang saja, ini bahagiamu untuk masa depanmu....yang mungkin juga masa depanku.
Jika kau baca, kupastikan bibir merah jambu agak gelapmu sedang berkata, "Perjalanan kita masih panjang, sayang."
Oh, tentu saja, Manis. Aku juga percaya itu.
Itu bukan sebuah harapan, hanya pernyataan hidup yang bahkan malaikat suci di atas sana pun tak paham.
Kau juga selalu setuju, bukan, tentang 'jalan hidup siapa yang tahu'?
Ya, jika ini bahagiamu, untuk apa lagi ku pinta Tuhan ubah? Tak perlu, bahagiamu cukup.
Jika kau masih membaca, dahimu pasti sedang berkernyit, bertanya-tanya, "Lalu apa yang kau bincangkan dengan Tuhan?"
Mari kuberitahu sedikit.
Oh, tenang saja, Manis, tidak perlu khawatir tentang kata orang yang bila do'a diucap maka mustahil terkabul.
Itu harapan pada bintang jatuh, sedang aku berharap pada Tuhanku yang tidak kolot penuh syarat kuno.
Isi bincangku adalah pintaku tentang kamu.
Lagi, kuanjurkan kau tenang saja, itu bukan pintaku akan kamu, melainkan pintaku tentang kamu. Pahami.
Kupinta Tuhan.....ah, sudahlah, ini sudah malam, biar kubisikkan saja semua isi pintaku dalam bunga tidurmu malam ini.
Selamat malam. :)

#1

Jika sempurna yang kau cari, aku tidak akan pernah menjadi yang kau cari.
Sempurnakah yang kau cari?
'Bukan,' jawabmu, 'yang baik pun cukup.'

Benar-benar baikkah yang kau cari? Karena ku rasakan baikku tak pernah kau rasa cukup.
Benar-benar baikkah yang kau cari?
'Baiklah,', jawabmu, 'kau pun cukup. Karena kau yang baik untuk menjadi penyempurnaku.'

Sabtu, 04 Agustus 2012

0 < anda < 1

Jika tak pernah ada, mengapa tak rela melepas?
Jika memang tak ada, mengapa tak pernah katakan benar tak ada?
Ini apa namanya, jika justru katakan butuh?

Bagai laut pasang, efek rembulan nan miliki ombak hebat
Tetap, ombaknya distraksi sekeliling
Ini kita, yang bagai distraksi untuk sekeliling

Tak pernah menggenggam, namun tak pernah benar tak menggenggam
Pun tanpa genggam mungkin sudah sebuah siksa
Inilah, takut hilang yang bahkan tak pernah punya
...Takut hilang pun takut menggenggam.
Begini sajalah...