Jumat, 26 April 2013

Jangan Salah Pikir

"Tenang, semua akan pulih. Kau selalu punya waktu."

"Untuk?"

"Apapun."

"Oh ya, benar. Katanya, waktu menyembuhkan, ya? Kuharap begitu."

"...Ketika waktu hanya dapat memberimu waktu?"

"...Yang kemudian menyembuhkan, bukan?"

"Menurutmu begitu?"

"Setidaknya, menurut kebanyakan."

"Benar begitukah?"

"Lalu?"

"Waktu hanya jadikanmu terbiasa, lalu mati rasa. Efeknya? Lupa."

"Ah, ya..."

"Paling tidak, waktu memberikanmu waktu. Untuk berdamai dengan nyata lalu kembali meramai segala rasa."

"Lalu yang terbang hilang?"

"Tidak akan seindah lalu, namun....lebih indah."


Dan tentang balas, manusia memang hebat, kerap buat Tuhan menjadi malas mengulur bantu. Ya, karena suka campuri urusan-Nya.
Hati-hati dengan doa.

Jumat, 12 April 2013

#7

Pernahkah terbesit tanya akan air, bagaimana rasa tempuh sejauh-jauhnya perjalanan namun samudera jualah labuhan akhirnya? Tenang? Jenuh?

Sabtu, 06 April 2013

#6

Lucu. Ya, Manusia.
Berujung merontakan hal yang lalu disiakan.
Contoh sederhananya: waktu.
Contoh rumitnya: kamu.

Jumat, 05 April 2013

Tanya

"Apa yang disebar, pun itulah yang dituai."
Andai jika yang kusebar pestisida, dimana kucoba bunuh sadis hama yang tujuan keberadaannya hanya demi menyambung hidup, untuk petani yang juga ingin menyambung hidup. Yang kutuai, baikkah? Burukkah?
Andai jika hama yang kucoba bunuh sadis itu dapat derita, teruskan hidup mengeluhkan derita, namun juga mendoakanku derita. Pun ia sedang menyebarkah? Atau terhitung sebagai doakah?

Kepada pepatah, diri ajukan tanya.
Kepada Tuhan, hamba harapkan jawab.