Rabu, 26 Desember 2012

Pada Akhirnya Butuh

Pada akhirnya, kita hanya butuh tertawa, diarahkan, dan kenyang. Ya, kenyang. Semua senang kalau kenyang, bukan?
Butuh yang dapat meredam bukan hanya mengalihkan, menciptakan tegar, dan membawa ke wajah realita yang nyata.
Butuh yang mendengar dan mengerti, bukan menasehati dan menggurui.
Dan butuh yang menerima seada-adanya, bukan lagi apa adanya.

Yang ketika ku panggil, menjawab dengan tatapan yang meneduhkan.
Yang ketika ku rengek, menjawab dengan sahutan yang menenangkan.
Yang ketika ku lelah, menjawab dengan lengan yang nyaman dijadikan sandaran.
Yang ketika ku sakit, menjawab dengan kesediaan terjaga yang melegakan.
Yang ketika ku resah, menjawab dengan kata yang menentramkan
Yang ketika ku senang, menjawab dengan senyum yang menambah kegembiraan.
Yang ketika ku jatuh, menjawab dengan tangan yang mendekap kemudian mengangkat.

Yang membuatku terus bersyukur akan hal sederhana yang terjadi, tanpa tapi.
Yang membuatku kanak-kanak abadi: spontan, manja, ngawur, dan tidak pendendam.
Yang membuatku selalu jujur tentang semua kata dan rasa, tanpa takut.

Dan pada akhirnya, semua akan kembali pada yang dengan baik menjaga, tanpa diminta, tanpa perlu dipaksa.

Terima Kasih

Terima kasih, darimu aku belajar banyak hal.
Aku belajar bagaimana nomor satunya keluarga, apapun yang terjadi.
Belajar bahwa jalan hidup memang tidak selalu mulus, namun yang kita harus lakukan adalah tetap terus berjalan.
Belajar bahwa dunia tidak ingin tahu apa yang sedang terjadi, jadi tersenyumlah tanpa rengut.
Belajar dari kobar semangatmu kejar impianmu, demi masa depan yang dicita-citakan.
Belajar untuk tetap menikmati hidup, bagaimanapun hidup perlakukan kamu.

Terima kasih, karenamu aku belajar banyak hal.
Aku belajar arti pengorbanan untuk orang yang kusayang.
Belajar untuk memaafkan, karena orang yang kita maafkan lebih berarti dari sekedar kata maaf.
Belajar untuk lebih dewasa pikirkan segalanya, hingga akhirnya terbentuk aku yang sekarang.
Belajar untuk tidak menggantungkan apapun pada siapapun jika tidak mau kecewa.
Belajar untuk memahami dan memaklumi, apapun yang terjadi.

Terima kasih, karena kita aku belajar banyak hal.
Aku belajar bahwa banyak hal yang tidak bisa dipaksakan.
Belajar saling merelakan untuk masing-masing kebahagiaan.
Belajar lipat dan simpan rapi kenangan dalam lemari memori.
Belajar tersenyum berdamai dengan dunia yang baru.
Belajar untuk siap menerima kita kembali dalam kata yang bukan lagi kita.

Terima kasih. Darimu dan karenamu aku banyak berubah, bentuk aku yang lebih baik. Dari kita dan karena kita aku banyak belajar, bentuk aku yang lebih berdamai dengan nyata. Dan darimu dan karena kita aku banyak mencoba, hingga bentuk aku yang lebih membuka mata.

Penuh pelajaran adalah deskripsi hebat dari kita yang lalu. Ajarkan begitu banyak hal, terima kasih. :)

Sabtu, 22 Desember 2012

Selamat Hari Ibu

Ia bintang paling terangku.
Beri nyawaku kehidupan dari setengah nyawanya. Beri makna tubuhku dari lembut sentuhnya. Beri kuat jiwaku dari besar kasih sayangnya. Beri lapang hatiku dari tak hingga kesabarannya.

Ia penawar segala perihku.
Tak pernah mengerti cara pikirku, namun yang paling mengerti semua rasa.
Tak pernah menuntut mulutku bicara, namun yang paling sedia dekap ketika air mata ini jatuh.
Tak pernah memaksa turuti semua perintahnya, namun yang paling sedia lengan angkatku yang tersungkur karena tak turuti perintahnya.

Peluh keringatnya urusi kedua anak nakalnya ini tak pernah buatnya mengeluh.
Sakit hatinya yang kadang jahatnya lidah kami ucap tak pernah buatnya mencaci.
Kecewanya yang tak henti kami beri tak pernah buatnya memaki.

Ia penghembus kelancaran hidupku.
Tak pernah lelah bangunkan pagiku agar tak lupa ku berangkat tuntut ilmu. Tak pernah lelah ingatkanku ibadah agar tak lupa ku hadap Tuhan. Tak pernah lelah suruhku makan agar tak lupa ku pikirkan sehat. Tak pernah lelah tungguku pulang, semalam apapun itu, hingga pastikan ku selamat. Tak pernah lelah dan lupa sebut namaku dalam doa, walau kadang aku lupa menyebutnya dalam doa. Yang tak pernah lelah...

Suapan tanganmu ketika ku sakit. Omelan khasmu ketika ku lalai. Belaian lembutmu ketika ku lelah. Pelukan menenangkanmu ketika ku jatuh. Serta doa dan cintamu yang sepanjang hidupku. Terima kasih, Ibu.

Kami, anak laki-laki nakalmu yang malas mandi dan anak perempuan manjamu, menyayangimu dengan sangat. Selamat harimu, Ibu. :)

Jumat, 21 Desember 2012

#4

Ada yang takut akan hilang lalu miliki dan genggam tak mau lepas.
Pun ada yang lebih takut akan hilang lalu tak mau miliki agar tak pernah merasa genggam.
Ya, ironi nyata.

#3

Karena pada akhirnya, kita semua akan menyerah pada takdir. Ya, kita.

Katanya Hujan

Rasakan saja, katanya ini hujan
Wadahnya sudah tak mampu tahan
Deras turun jatuh basahi kering
Rebakkan aroma tanah tak lupa

Rasakan saja, katanya ini hujan
Yang tak disertai kilat hingga mata tak perlu sembunyi
Yang tak diikuti banjir hingga sekitar tak perlu resah

Rasakan saja, katanya ini hujan
Yang suaranya menenangkan
Yang aromanya menyenangkan
Yang hadirnya menyegarkan

Rasakan saja, katanya ini hujan
Yang justru menghangatkan
Beri rasa utuh dan damai
Nyaman...

Ini seperti sungguhan hujan
Dan memang katanya ini hujan, jadi rasakan saja...

Selasa, 18 Desember 2012

Teruntuk Kamu

Teruntuk kamu penguatku pada lampau,
Kau hebat,
beriku kuat di setiap semangat
buatku senyum di setiap hasil
beriku tunduk di setiap doa
buatku malu di setiap asa yang kubiar putus.

Teruntuk kamu penguatku pada lampau,
Jadikanku penguat, itu kurangmu, yang juga rinduku.
Kau lupa, ya? Sudahlah, mari anggap saja begitu.
Agar kuanggap manusiawi hingga memaklumi sudah tuntutan.

Teruntuk kamu penguatku pada lampau,
Hentikan rinduku dan hilangkan kurangmu adalah jalan yang kini kita tapaki,
yang mungkin semesta memang sudah sediakan.
Lega sedikit, bukan?

Teruntuk kamu penguatku pada lampau,
Jika yang lain kini beriku kuat, apa boleh?
Jika yang lain jadikanku penguat, apa boleh?
Jika yang lain kujadikan penguat, apa (sudah) boleh?

Elegi?

Mari mendekat, kubisikkan kisahku
Kisahku yang lelah sandarkan harap
Kisahku yang berhenti meronta tatap
Kisahku yang cukup sembunyikan ratap
Kisahku yang hilang dalam gelap.