Kamis, 20 November 2014

There’s No Such Thing as Love, it’s Fantasy.

Namanya Cinta. Tak berwujud, tak pernah berwujud.
Tanpa wujud saja sudah buat anak cucu Adam gila.

Ini menarik ketika bicara soal rasa.
Tak ada yang benar tahu apa itu rasa.

Manusia berisik berbicara dan (tak lupa) mengeluh soal cinta.
Memangnya benar tahu apa itu cinta?

Katanya cinta itu menerima.
Katanya cinta itu pengorbanan.
Katanya cinta itu butuh.
Katanya cinta itu tenang.
Katanya cinta itu senang.

Ketika definisinya saja terlalu beragam, dari mana kau tahu itu cinta?
Jangan-jangan itu bukan cinta, hanya sesuatu yang kau anggap cinta?

Ah, buatku tak apa, asal efeknya gila;
Buatku tak mati rasa, buatku tak mati asa.

Jumat, 07 November 2014

Perihal Wanita

"Dibalik laki-laki sukses selalu ada wanita hebat."

Lalu pertanyaannya, apa yang seorang wanita lakukan di belakang lelaki?
Berlindung? Mengintip lewat celah ketiak? Atau menggerogoti?

Perhati(k)an.

Belakang bukanlah seperti negatif terhadap positif.
Belakang bukanlah seperti zaman batu terhadap era modern.
Belakang bukanlah seperti lemah terhadap kuat.
Belakang bukanlah tertinggal.
Belakang bukanlah antrian.
Melainkan, belakang adalah ruang yang luput bagi yang menghadap ke depan.

Sayang, punggung lelaki sangatlah tebal, apalagi untuk melihat. Di belakangnya pula berbagai  kekurangan tersembunyikan. Banyak hal yang luput untuk diperhatikan, apalagi, untuk menjadi  sukses, sudah selayaknya maju menghadap ke depan. Tak terelakkan, lelaki makin tak awas pada  apa yang di belakang.

Seorang wanita di belakang, dialah yang akan memperhatikan. Untuk siapa? Tentu hanya untuk  lelaki yang ada di depannya. Sejauh apa, sedalam apa, sebermakna apa, secermat apa, ialah  taraf kebijaksanaan dan ilmu sang wanita yang menentukan. Beruntung, lelaki yang di  belakangnya ada wanita yang siap melaporkan semacam peringatan. Maka, sukses lelaki adalah  ketidakluputan.

Lalu bagaimana dengan yang ada di belakang sang wanita? Tidak ada yang berada di sana.
Maka, di sanalah, kata "hebat" disematkan.

Seperti yang kau ucap, "Dibalik laki2 sukses selalu ada wanita hebat."



Being told by Deden Habibi
in our conversation (or discussion?)
about the role of women.

Selasa, 04 November 2014

Terburu Rindu

Selamat Malam, Tuan.
Maaf, sapaanku di surat kali ini kupanggil kau "Tuan", tak apa? Karena sungguh, aku tak tahu harus memanggilmu apa. Nyatanya jika dihitung dengan angka, kau kini lima-tahun-mendatangku.
Benarkah lima tahun? Bukan kuragu, hanya mempersilakanmu datang tanpa diburu waktu. Tak ada yang akan sempurna jika terburu. Juga, tak ada yang suka diburu-buru, benar? :)

Seperti di pucuk sebelumnya, akan kembali kutanya kabarmu. Kali ini, apa kabarmu, Tuan? Kuharap primamu di segala kondisi tentu saja.
Impian dan cita-citamu tak menunggu, jangan berhenti. Kau lebih hebat dari yang kau pikir, jangan khawatir.
Kuselipkan lancarmu dalam doa akhir sujudku. Pun kau jangan lupa bersujud demi lancarmu, Tuan. Tak ada yang lebih baik dari ikhtiar keras yang diiringi dengan doa lembut, bukan? :)

Sebelum tanganku bisa gapai, tolong perhatikan sehatmu sendiri. Mengabaikan sehatmu sama dengan mengabaikan masa depanmu, tahu?
Tak muluk-muluk, kuharap kau makan teratur dan tak sering begadang. Aku tahu kau pekerja keras, namun selipkan olah raga di jadwal sibukmu akan baik.
Akan kubayar permintaanku ini dengan kesediaan menjaga sehatmu di hari yang kita sama-sama nantikan. Sajikan menu sehat dengan kesediaan temanimu menyantap, juga berolahaga dengan kesediaan lakukannya bersama.
Menyenangkan? Kuharap. :)

Tuan, bagaimana hari-harimu? Adakah yang menemani? Tak usah ragu, katakan saja jika ada.
Justru aku akan senang kau tak merasa sendiri. Paling tidak, sebelum aku yang tak akan bosan melakukannya setiap hari nanti, ada yang bersedia dengarkan keluhmu saat ini.
Pintaku, tolong perlakukan dia sebaik yang kau sanggup. Tak ada ayah yang inginkan putri kecilnya tidak diperlakukan selayaknya putri. (Kau tahu apa yang kumaksud putri di sini). Begitu pun denganmu kepada putri kecil kita kelak, bukan? :)

....
....
Bagaimana denganku?
Ah.... Bolehkah kujawab dengan "Aku rindu padamu"...?
Bahkan kita belum pernah bertemu? Jangan tertawa....
Aku rasa detik ini (atau akhir-akhir ini) aku benar rindu padamu.
Kuberitahu, aku tidak sedang memulai cerita sedih, tenang saja.
Sungguh, detik ini (dan akhir-akhir ini) aku sedang sangat akrab dan nyaman dengan kesendirian. Aku mulai suka dengan perasaan tidak "dimiliki" oleh siapa pun.
Lakukan apa pun yang ingin kulakukan, siapa yang larang? Jumpa dengan siapa pun yang ingin kujumpa, siapa yang marah? Menyenangkan.
Mungkin ada yang kira ini penyangkalan, silakan, nyatanya ini yang benar-benar sedang kurasakan.
Hingga, kurasa tak ada yang perlu atau harus kurindukan saat ini (selain kamu).
Bodoh? Biar saja. Toh bodohku tak pernah kugunakan untuk membodohi orang lain.



....
Ya, kau boleh menasihatiku untuk tidak membiarkan hati semakin dingin. Tapi kau tahu, ini aku. Ini aku yang semakin usia semakin tak mengerti bagaimana itu.... jatuh cinta.
Yang semakin kumengerti, rindu bagian dari cinta, namun rindu bukan berarti cinta. Kenyataan ironis bahwa yang kupahami justru hal ironis. Hingga, kau tahu? Kenyataan ironis lain aku setidak mampu itu bedakan "terbiasa", "butuh", "ingin", dan "cinta".

Jangan tersenyum pahit begitu, aku tidak putus asa, justru menjadi semakin penasaran bagaimana rasanya bertemu denganmu nanti.
Ya, aku tak sabar dibuat jatuh cinta (lagi?).
Tak sabar dibuat memuja satu makhluk Tuhan.
Tak sabar dibuat rindu walau hanya sedetik tak temu.
Tak sabar dibuat benci karena saking peduli.
Tak sabar dibuat haru tanpa dibuat biru.
Pun tak sabar dibuat terus senyum bak orang yang terlalu banyak minum.


Tak sabar berdiskusi berbagi pandangan karena wawasanmu yang kupuja.
Tak sabar mengenyangkan isi kepala karena intelektualmu yang menaklukkan.
Tak sabar menjadi aku, yang selalu benar-benar menjadi aku, ketika di samping kamu yang tak ragu menjadi benar-benar kamu ketika di sampingku.
Tak sabar menceritakan hari selelah dan serumit apapun isi kepala, karena hanya dengan berbincang saja terasa menenangkan juga menyenangkan.
Juga tak sabar bersujud penuh syukur akan kehendak-Nya menghadirkan kita yang aku dan kamu.

Aku tak bilang hanya kau yang bisa lakukan.
Mungkin ada yang lain, mungkin.
Tak menutup mungkin, dalam perjalanan menemukanmu aku menemukan ia yang bisa lakukan.
Atau tak menutup mungkin, ia yang kutemukan diperjalananku itu sebenarnya kamu.
Bagaimanapun mungkin yang ada, satu yang pasti, tak ada yang akan seindah ketika kurasakan denganmu, nanti.

Hingga kusimpulkan, jika kesendirian kini adalah ujian untukku agar aku lebih bisa menjaga kehadiranmu nanti, maka akan kulakukan dengan lebih senang hati. Walau aku tahu, “nanti” itu tak pasti.



Jangan terburu-buru.
Aku hanya rindu.
Sampai bertemu!



Tertanda,
Rumahmu.

Bagian ketiga dari "Apa Kabar?" dan "Tujuh Tahun"

Kamis, 23 Oktober 2014

dua apa?

For me, being mature is about getting more responsible for things. Question is, how responsible I am until today?

Gosh, I’m twenty.

Rabu, 15 Oktober 2014

#14

"...atau mungkin ini caraku 'tuk menyangkal tau cara Tuhan.
Karena mungkin sebenarnya, ini sesederhana cara Tuhan 'tuk berkata T-i-d-a-k."

Minggu, 21 September 2014

Satu yang Tak Mungkin Satu

Mungkin biarkan saja.
Biarkan menjadi rasa yang hanya dapat terpeluk dengan doa.
Mungkin dengan begitu akan tenang.
Mungkin.

Sabtu, 02 Agustus 2014

Juli Pt. II

Sudah dua tahun Juliku luar biasa.
Tersenyum.
Penuh syukur.

Terima kasih, Tuhanku yang luar biasa.
Kunanti kedatanganmu berikutnya, Juli yang luar biasa.

Jumat, 01 Agustus 2014

Ribuan Mil

"Pergi saja yang jauh atau menjauh, yang berharga akan selalu membuatmu sedia dan setia kembali pulang."

Segala pengalaman.
Segala keberanian.
Juga segala yang membuatku sedia dan setia kembali pulang.
Terima kasih atas kesempatannya, Tuhan.

Siapa sangka kaki dan badan kecil ini dapat melangkah jauh tanpa bantu.
Juga tak lupa terima kasih kasih atas sediamu yang dalam jarak 5783mil.


Turkey, 30 Juli 2014

Minggu, 20 Juli 2014

Lagi-lagi Perubahan

Rabu sendu. Pagi buta sampai kini langit tak henti menangis. Tak perlu bersungut, Tuan Nona. Nikmati sajalah damainya, dengan secangkir teh hangat dan sedikit ocehan yang akan kusajikan untuk kau baca, jika berkenan.

Hidup sedang memberiku sebuah tawaran, dengan sedikit ancaman di dalamnya. Tampaknya, aku sudah melakukan sesuatu yang salah pada dunia (atau hidup), sampai-sampai ia menjadi begini galak padaku.
Layaknya sebuah tengkar sepasang kekasih, hidup tuntut aku untuk berubah. Ya, tenang saja, aku selalu ingat hidup adalah soal seisinya yang terus mengalami perubahan, baik sengaja maupun sedikit sengaja.
Kenapa tertawa? Kau pikir aku melawak? Logikaku hanya tak percaya perubahan bisa terjadi tanpa sadar yang sama sekali.
Sayangnya saja logikaku tak sampai untuk pikirkan mana yang paling harus dari yang harus.
Katanya wanita ahli multitasking. Ah, ada saja pengecualiannya. Aku, contohnya.

Bisa kau tolong jawab pertanyaanku?
Baikkah menjadi hebat?
Hebatkah menjadi baik?
Lebih baik mana menjadi hebat atau baik?
Lebih hebat mana menjadi hebat atau baik?
Tolong jangan jawab sembarangan, karena (kuulangi) aku pengecualian untuk menjadi wanita yang seharusnya ahli multitasking.


Bekasi, Juni 2014.
(Sempat tertunda)

Question - Confession

"Jangan terlalu kuat, dindingmu terbuat dari apa sih sebenarnya?"
Ini lucu, buatku. Karena ini cukup membuatku berpikir (yang cukup memakan waktu).
Tidak, bukan memikirkan diri untuk menjawab pertanyaannya. Namun justru mempertanyakannya, kepada diri.
Yang sebenar-benarnya, terbuat dari apa sih?

Sungguh,
Aku tidak pernah dengan sengaja mendirikannya
Bahkan kupersilakan kau menerobosnya, jika bisa.
Aku tidak pernah dengan sengaja mengokohkannya
Bahkan kupersilakan kau merubuhkannya, jika sanggup.
Terima kasih untuk perhatiannya dan maaf untuk ketidaksengajaannya.

Selasa, 13 Mei 2014

May?


Tak ada yang perlu kutulis tentang April.
Yang pasti, aku dan kamar seberang sepakat April begitu cepat.
Kalian juga?
Yang pasti lainnya, aku menutupnya dengan senyuman, dengan bonus hangat peluk ibunda.
Kalian juga?
Oh ya, ini sudah Mei.
Selamat menjemput kebahagian-kebahagiaan lainnya. :)

 Tertanda,
Aku yang ingin mengingatkan 
jangan lupa tesenyum di setiap harimu. 

Minggu, 09 Maret 2014

Kali Ini Untuk Kalian


Kepada kalian, pemilik muka-muka yang dulu selalu dapat kulihat tanpa janji yang sebelumnya harus kita buat.
Kepada kalian, pemilik muka-muka yang dulu tak pernah bosan beri riang dan tenang tanpa jarak yang harus kita pikirkan.
Kepada kalian, pemilik muka-muka yang dulu senantiasa relakan waktu, sekedar untuk menertawakan hal tak penting tanpa kesibukan yang harus kita lakukan.
Aku rindu.

Selain rindu, ada syukur yang ingin kuucap atas kalian yang buatku tak pernah sedikitpun sesali apa pun yang kulakukan pada masa lampau. Karena aku menjadi tau, kalian ada, dan akan selalu ada.
Selalu ada rasa tak sabar 'tuk temui kalian di kesempatan lain. Terima kasih untuk selalu menjadi salah satu alasanku untuk pulang.

Seperti kalimat kita yang kini mulai menjadi rutin, kuucap kembali;
Selamat merantau di kota masing-masing. Selamat menjemput cita-cita yang dicita-citakan. Tak ada hari yang tak kudoakan baik dan sehatmu.
Tetap pada jalanmu, dan ingat: Dalam usahamu, pun aku turut berdoa akan suksesmu. Pada jatuhmu, kau tahu aku siap tarik agar kau kembali tegak. Dan di waktu bahagiamu, kau temukanku berdiri di barisan orang-orang terdepan yang akan tersenyum bangga atas pencapaianmu.
Jaga sehatmu, agar kau selalu prima dalam segala ikhtiarmu.


Sudahlah, aku hanya sedang serindu ini. Selamat tidur.


Tertanda,
Sahabatmu yang sedang merindu.

Kamis, 20 Februari 2014

#13

Sebagian diriku merasa kalah, sebagian diriku yang lain tidak pernah ingin menjadi lemah.
Benarkah ini sebuah salah, atau hanya khilaf yang keluar celah.
Hati berkata "sudahlah", kini perbaiki saja iman yang sempat lengah.
Tuhan maafkanlah, hambamu ini memang hanya berasal dari tanah.....

Sabtu, 08 Februari 2014

Katanya Cinta


Ketika Gibran lantunkan nyanyian sukmanya, bahkan ia mulai bicara perihal cintanya.
Atau bagi Shakespeare yang sebut cinta adalah kesenangan juga kesedihan, berucap jua ia bahwa cinta lebih dari sekedar hidup dan mati.
Ketika semua materi menyebut cinta itu suka, lalu lupa, sehingga sebut itu luka. Cinta itu dusta.
Lalu bagaimana menurutmu tentang cinta?
Lalu bagaimana kalau kuanggap kamu cinta?
Lalu bagaimana, sayang?

 oleh Bima Azhar, di hari ke-365 

Kamis, 06 Februari 2014

Hari ke-365

Kepadamu, 
Sudah 2014 rupanya. 2013 sungguh berlalu begitu cepatnya. Memasuki angka satu satuan tahun kita bersama. Walau sebenarnya semenjak denganmu aku tak suka menghitung. Ah, ya, aku memang terlalu menikmati setiap harinya, sibuk membuat cerita untuk kita ingat kembali dengan senyum yang rekah suatu saat. 
Hal yg paling indah memang memutar waktu ketika kumulai hari bersamamu. Tak terasa kita sudah lewati dan lakukan banyak hal yang tak terduga olehku, mungkin olehmu juga. Mari kuajak, mumpung jejaknya masih tampak... 
Aku senang menyayangimu dengan mengingat-ingat hal lawas yang pernah kita lalui -sampai hari ini- dan aku bersyukur karenanya, karena entah bagaimana, itu menjadi energi tersendiri untuk seorang aku.
Bulan demi bulan, tentu kita tahu tak ada yang mudah dari setiap perjalanan, apalagi yang berjarak. Pertengkaran, tentang ketidakmampuan menhadapi rasa cemburu atau hal-hal sepele yang berasal dari perbedaan pola pikir kamu yang laki-laki dan aku yang wanita. Tentu saja kadang lelah atau jenuh. Namun ternyata yang selalu kita butuhkan hanyalah tenang kemudian kembali menang mengalahkan rasa-rasa itu.
Dan tibalah kita di sini setelah beberapa bulan berjalan. Terima kasih untuk selalu bersedia ada, terima kasih untuk menjadi lembut yang selalu kurindu, terima kasih untuk menjadi lelaki yang merangkap segalanya, dan terima kasih telah dengan begitu sabar hadapi keras kepalaku yang mungkin batu saja kalah. 
Mengingat hari ke belakang, aku sadar aku bahagia, pun aku banyak mendapat pelajaran dari kebersamaan yang sederhana. Dan aku pun sadar bahwa detik Tuhan memang tidak pernah terlambat pun tidak pernah terlalu cepat. Terima kasih sudah menggenggam tanganku, terima kasih telah mengajarkanku banyak hal, terima kasih telah menyimpul senyumku berulang-ulang kali. :) 
Sungguh tak ada yang ingin kuselesaikan hari ini. Tulisan ini akan kubiarkan bersambung. Tak ada yang akan tamat, karena aku menginginkanmu melebihi hari ini. 
Mari bergenggam dan terus mendayung. Jika lelah, mari istirahat bersama. Jika jenuh, mari kembali ingat hari-hari indah yang sudah dan akan terjadi. 
Hai ke-365. Ribuan syukur atasmu pun ribuan terima kasih untukmu, Bima Azhar Nugroho.
Aku, menyayangimu dengan segala egoku.

With love 

Senin, 03 Februari 2014

Antara

Bandung yang dingin
Jogja yang indah

Di Bandung terjaga sebuah hati agar terkirim utuh juga hangat yang dialamatkan ke Jogja
Pun rindu yang mengalun sendu terbawa riuh angin dari Bandung sampai Jogja
Juga tak lupa doa yang terlantun menyelinap berangkat dari sujud masing-masing untuk masing-masing lainnya

Bandung - Jogja menjadi saksi cerita.
Antara Bandung dan Jogja akan terus kutulis cerita.


Jika ini baik, jaga kami agar terus dan selalu baik-baik, Tuhan.


Sabtu, 04 Januari 2014

Kolaborasi

Siapa juga yang bisa mengingkari rasa luar biasa yang didapat setiap nikmati hujan, aku cinta rasa itu, tetapi satu nomor di bawah rasa luar biasa yang kudapat setiap nikmati kasur.

.....Ah, namun, setelah kupikir, yang paling tidak bisa kutolak adalah keduanya.....yang dihadirkan bersamaan.



Regards,
Lazy me.