Minggu, 12 November 2017

Pemimpi dan Mimpinya

Hari ini banyak duka.
Membuat kedua mata menyiring karena kilatan ingat akan setahun lalu.
Saat kupikir impianku tergapai, padahal nyatanya baru saja termulai.
Bicarakan soal mimpi, mari...


Hidup termaknai sebagai proses mencapai dan menggapai,
sehingga jalan mulus mutlak lah menjadi buah harap.
Namun, sadarkah sadar bila menjadi tidak terlalu optimis itu perlu,

sebab kadang realita lebih bengis dari yang kita tahu?
Serah penuh pada Tuhan menjadi wajib, karena keyakinan adalah yang Ia buat saat kau meragukan. Namun, berlaku juga sebaliknya.
Melek lah akan pertanda Tuhan. Cara-Nya beri tanda itu beda-beda. Seringnya kita tahu, hanya kadang kita pura-pura tak tahu.
Kejar saja kejar! Lari sekuatnya. Sampai Tuhan sendiri yang menggelengkan kepala.

Semua semata karena masa depan yang tanpa persiapan itu namanya angan-angan.
Jangan pernah lupa, di atas segala kerasnya usahamu, doa itu segalanya. Pada siapa lagi kau titipkan harap kalau bukan kepada-Nya sebaik-baik pengabul doa?
Siapkan mental dalam berdoa. Allah selalu siapkan yang jauh lebih baik dari apa yang kita minta.

Jangan juga kau lupa, doa ibu itu sepatu untuk kau melangkah dengan diliputi berkah.

Alangkah baik jika kita merendah sedikit, Kawan!
Kadang semakin kita inginkan, tangan Tuhan akan membawanya pergi lebih jauh dari yang kita bayangkan.
Jika bukan milikmu, tak peduli peluh satu samudera pun tak akan menjadi cukup.
Namun, setidak-tidaknya, pastikan kau berjuang sampai akhir berjuang sampai habis.
Kita sama-sama tahu sesal itu tak ada harganya.

Percaya saja, sabar itu hadiahnya besar.
Hal yang baik dari lelah, kita tahu ada yang kita kejar dengan sungguh.

Mumpung masih hidup, sebelum mati. Mari mati-matian untuk menghidupi mimpi...


Jatinangor, 2014.