Selasa, 24 Desember 2013

Bolehkah?

Semua insan miliki mataharinya, yang beri sinar sumber kekuatan.
Pun semua insan miliki ganjanya, yang beri candu agar, paling tidak, kembali ingin jalani hidupnya.

Pintaku, bolehkah kamu yang hanya satu jadi keduanya untukku?
Jadi matahari yang buatku kuat dan hangat dalam waktu yang bersamaan, hingga setiap ku jatuh bahkan tersungkur, aku punya kamu yang akan kembali bangkitkan kuatku.
Jadi ganja yang buatku candu sampai mabuk hingga saat kurasakan betapa sulitnya hidup, aku tak gentar, aku punya kamu yang dapat ringankan bahkan lupakan persetuan pikiran.

Boleh?

Jumat, 29 November 2013

#12

"Hidup terkadang meminta kita berhenti dan sejenak berpikir atau sekedar menengok ke belakang untuk kembali memilih jalan yang paling baik."

Jumat, 18 Oktober 2013

Baiklah

Berubah atau tidak berubah, semata-mata soal perspektif. Iya atau iya?
Entah, sepertinya bumi terlalu cepat berputar hingga buat pening seisinya. Waktu mengejar cepat, pun prioritas menekan keras. Siapa juga yang tak menjadi berlari atas nama tuntutan zaman?
Sayangnya, pening yang dibuat tak begitu saja temukan titik di sana. Ia jumpai banyak kerabat yang akrab disapa perubahan. Namun, akuilah, perubahan justru buat kau merasa bahwa kau benar hidup. Tidak?

Jadi, ya, aku rasa aku benar hidup detik ini, karena perubahan bukan lagi hanya rasa tapi nyata. Segelas es teh manis yang kukenal baik tak lagi lepaskan dahagaku. Sebuah guling bau kesayangan tak lagi nyenyakkan benar tidurku. Atau justru ini aku yang bukan lagi aku?

Semua orang miliki prioritasnya masing-masing. Terimalah, self.

Selamat malam dan cepatlah terlelap, Mata.

Jatinangor, 17 Okt 2013.

Senin, 30 September 2013

Konsep Rindu

Ini pedih, ketika kau tak pernah 100% benar mengerti konsep rindu, namun tertiba di satu hari air matamu menetes begitu saja hanya karena kau terbayang senyumnya.
Ini pedih, ketika kau tak pernah benar-benar paham konsep rindu, namun tertiba di satu hari air matamu mengalir begitu saja ketika kau membaca pesan singkatnya.
Ini pedih, ketika sering kau pertanyakan rindu yg benar itu apa, namun tertiba di satu hari air matamu mengalir deras begitu saja ketika kau mendengar suaranya via telepon.
Ini pedih, ketika tak jarang kau heran akan konsep rindu, namun tertiba di satu waktu kau sakit dan satu-satunya yang kau butuh adalah hangat genggamnya.
Namun ini lebih pedih, ketika kau tak kunjung sembuh tapi tahu sakitmu sedikitpun bukan karenanya, namun ia menangis karena tak bisa berada di sebelahmu untuk merawatmu.
Dan ini pun pedih, karena aku kini tahu apa itu rindu, yaitu ketika kau dalam perjalananmu menemuinya, namun air matamu tak kunjung mengering, karena rasa yang tak sabar.
Ini pedih, karena kini kau sadar kau yang lalu hanya terlalu angkuh tuk mengerti dan merasa rindu.

Karena Mama aku paham betul apa itu rindu.

Jatinangor, 30 Sept 2013

Kamis, 19 September 2013

Sore

"Mel, kamu lagi di mana? Tadi sempet mampir kamarku ya?"
"Iya, meluk."
"Ha?"
"Iya, tadi kamunya tidur pules banget, jadi aku masuk meluk kamu doang."

Yang tak pernah melewatkan mampir melihatku sebelum juga setelah pergi dari atau ke mana pun.

Jaga yang satu ini, Tuhan.
Sampai nanti, sampai mati.

Jatinangor, 18 Sept 2013.

Sabtu, 14 September 2013

Pada Hujan

Pada butir hujan aku titip pesan, sampaikan padanya semangat tak boleh luntur.
Pada angin hujan aku titip rindu, sampaikan padanya aku idamkan temu.
Pada awan hujan aku titip dekap, sampaikan padanya aku masih hangat.
Pada derasnya hujan aku titip rasa, sampaikan padanya ini sama derasnya.
Pada hujan, kutitipkan segala, tolong sampaikan.

Sabtu, 31 Agustus 2013

Mimpi dan Pilihan

601808 10151932601457468 823574488 n 300x200 Hidup Bukan Pilihan
“Terkadang hidup akan menjadi lebih mudah jika kita tidak dihadapkan pada banyak pilihan, benar bukan?” 
― Devania AnnesyaUbur-Ubur Kabur

Memilih. Tak ada yang pernah dengan suka cita lakukan ini. Apalagi mengenai sesuatu yang tak pernah ia bayangkan. Ya, di sinilah aku, sedang benci-bencinya pada konsep abstrak yang manusia namai 'pilihan' ini. Juga terselip rasa benci pada diri, kenapa tampak seperti orang tak pernah diajar bersyukur.

Tak enak makan, tak enak tidur, karena merasa diri belum ada ketetapan pilihan, bukan karena tidak ada pilihan. Ya, aku benci ceritakan ini, benci kemukakan aku yang lalu sempat kufur nikmat.
Sungguhlah tujuh hari dalam seminggu bahkan lebih aku begitu tak karuannya.
"Semua pilihan baik, tinggal pilih saja salah satu. Selesai." seseorang pernah katakan. Menurutku tidak sesederhana itu. Entah, menurutku, pilihan ini yang akan menentukan akan bagaimana hidupku setelahnya, bahkan sampai mati. Yang sudah kutata bukan ini. Pilih apapun itu, aku harus menata dari awal, dimana setiap pilihan akan buatku tempuh jalan yang sangat berbeda-beda pula satu sama lainnya. Jadi, tidak tinggal pilih, bukan?
Ketika hati sudah tetap, restu orang tua tak digenggam. Untuk apalah, percuma, bukan? Karena, kuulangi, menurtku, ini bukan pilihan main-main. Soal masa depan, restu orang tua awal berkah Tuhan, dan berkah Tuhan yang tentukan baiknya kehidupanku. Soal ini aku tak berani coba-coba.

Dengan hati yang berusaha ikhlas, pilihanku pilihan orang tuaku, dengan sebuah harap akan keberkahan Tuhan alam semesta yang buatku nanti tersenyum, dan buat mama kini dan nanti tersenyum.

Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, mari bersahabat untuk beberapa tahun perjuangan.
Sampai hari ini, hati mulai ikhlas dan syukur kepada Tuhan, diri rasakan tak salah pijak, merasa temukan habitat. (Akan) Hidup dan berkembang bersama insan berpemikiran hampir sejalan. Feels like I do really belong here. Dan bahkan detik ini, hati mulai cinta. Semoga rasa dan pikiran ini tak berubah. Berkah dan lindungmu selalu Tuhan, kupinta...

"Karena presentasenya 50:50, maka disebut pilihan. Kalau sudah memilih, jangan pernah kembali, buat yang 50 menjadi 100. Buktiin sama diri sendiri kalo pilihan kita nggak salah."
Aku sedang lakukan ini.

"Hidup menawarkan begitu banyak pilihan. Pilih serta jalani yang terbaik, dan jadilah seorang pemenang!" - Anonim
Kata Tuhan, ini yang terbaik. Dan aku sedang di jalanku untuk menjadi pemenang.

Selamat Tinggal mimpi yang kubiar berlalu. Mari menata ulang mimpi dan segala.
Dengan segala yang sudah mulai kutata kembali, kumulai ini dengan nama-Mu, Allah, Mahapengasih Mahapenyayang.
Baktiku untuk Indonesiaku.

Sabtu, 24 Agustus 2013

Great Giver, Indeed

Katanya, Allah itu adil. Entah, soal ini kini aku ragu, bolehkah? Bagaimana tidak, yang kualami sendiri Allah itu baik, terlalu baik, bahkan kelewat baik yang buatku ragu adilkah ini?

Ah, sungguh, yang kurasa sekarang, Tuhan itu layaknya kekasih. Ia senang merindu, tarik yang dirindu, saat yang dirindu datang mendekat, Ia berikan segala yang dipinta bahkan yang tak dipinta. Tuhan kelewat baik...
Atau mungkin, ini tanda marah Tuhan? Benci ketika kuucap rencana akan tapaki kaki ke bagian bumi lain jika memang bukan jalanku tempuh didik di negeri ini? Ke negara impianku belajar jurusan impian mama. Terdengar sangat baik, bukan? Namun, Tuhan tak suka tampaknya. Tak diizinkan sama sekali aku tapaki kaki di sana sekarang ini. Tuhan malah beri pilihan lebih baik, beri banyak pilihan mau tapaki jalur mana 'tuk sampai ke sana, bahkan pilihan yang tak pernah kupinta sekalipun. Tuhan cegah aku. Tuhan kelewat baik...

Satu yang memang dari dulu kuyakin, dan kini terjadi lagi; "Ketika hamba-Nya berpasrah, tangan Tuhan tak pernah gagal dalam kerja-Nya."
Ya, mana pernah sangka? Sudah sepasrah itu aku, sampai-sampai ku terakhir bicara pada Tuhan, "Tuhan, ya sudah lah, aku terserah pada-Mu, aku hanya ingin menjadi satu alasan dibalik senyum mama. Bawa aku ke tempat yang akan selalu buat mama tersenyum."
Dari keluar menangis dari rahim mama, tak pernah terpikir untuk tempuh didik di semua tawaran yang diberi Tuhan ini. Sungguh, jalan Tuhan siapa yang pernah tahu? Dan sungguh pula, benarlah memang, ridho Allah terletak pada ridho orang tua. Aku rasakan itu, sungguh.

Dari aku yang bahkan tak pernah lirik Bandung pinggiran, lalu aku yang setahun belakang antipati dengan jaket kuning, dan kemudian aku yang tak pernah tertarik dengan Kota Pelajar yang terkenal itu. Dan kini aku, yang bahkan masih merasa malu dan tak cukup pantas. Tuhan, Kau kelewatan...

Dan sekarang di sini aku teriakkan jutaan syukur juga ucapkan ribuan terima kasih untuk 'amin' yang kalian sumbang.
I thank you, reader(s).
I thank You, The Great Giver.

Kamis, 01 Agustus 2013

Nasi Goreng Kartini

"Bang, satu nasi goreng, satu teh manis."
...........
"Mas, istrinya nggak makan?"
".........he? Oh, hahaha enggak, bang, sudah makan."
Wanita di sebelahnya jelas tak bisa menahan tawanya.
"Loh kok istrinya ketawa?"
"Doain aja, Bang"
"Lho, bukan istrinya? Dikirain istrinya."
"Iya, Abang doain, saya aminin. Amien. Nanti kalau nikah, saya pesen nasi goreng Abang."
Lalu ia tersenyum (yang wanitanya tahu) sambil senang dan menahan tawa.
..........
"Nggak usah kembalian, Bang. Abang doain saya aja."
Haha.
Semesta, leluconmu menghibur. Ini baru namanya "perut kenyang, hati senang".
Dan didapat satu amin lagi malam itu.
Haha.
Amien. :)

Jumat, 05 Juli 2013

Juli, Kenapa?

Bekasiku dua hari ini beda.
Matahari tak menyengat.
Juliku dua hari ini tak biasa.
Temu mentari pun tidak.
Juli, lupakah ini periodemu?
Atau lelah menjadi Juli yang dimaki?

Apapun, puji khalayak sukses kau menangkan.
Walau ini bukan Juli yang seperti Juli.

Selasa, 25 Juni 2013

Apa Kabar?

Kamu, tujuh-tahun-mendatangku,
Ah, lama, ya, tak bincang lewat kata. Kabar baikkah?
Ya, tertawa saja jika kutanya kabar. Tak apa pula, bukan, jika kini tak tahu-menahu kabar? Toh, romantis bukan bisikkan kabar tiap saat, cukup saling pinta dalam diam agar dijadikan satu saat siap nanti. Namun, tetap saja terus kuharap primamu di setiap waktu. Baik-baik, kumohon.

Kamu, yang ternyata-mungkin-lebih-atau-bahkan-kurang-dari-tujuh-tahun-mendatangku,
Bagaimana kau lewati harimu? Bagaimana usaha gapai (aku yang) masa depanmu? Berat, ya? Tak pernah ada yang katakan itu akan mudah jika perihal yang mendatang. Namun, ingat, yang mendatang menanti. Jangan pernah nikmati tiap jatuhmu. Terus berjuang, kumohon.
Bayangan tentang yang mendatang jadikan saja semangatmu.
Miliki selalu pelukan di tengah hingar bingar perseteruan isi pikiran.
Miliki selalu genggam yang menguatkan, bukan melepaskan.
Miliki selalu hati yang mengerti, tidak memaksakan.
Miliki selalu dekap yang tak pernah membiarkan, tapi mengiringi sampai tujuan.
Pun ingat, miliki selalu senyum yang menjadi hangat sekaligus sejuk.
Saling memenangkan. Saling menyelamatkan.
Masa yang menyenangkan. Masa yang menenangkan. (Amien)

.....
Maaf, tadi kau bergumam apa? Aku sendiri bagaimana?
Pun di sini sama: tak mudah. Namun, entah, manjakan lelah juga jenuhku tak pernah lebih menggiurkan dari perjuangkan masa depanku (yang ada kamu).
Kerahkan seluruh kemampuan 'tuk cipta kemampuan yang lebih pantas.
Biarkan dulu saja lah aku. Semuanya untukmu, tahukah?
Murni bukan untukku berbangga, melainkan untukmu berbangga, setelah orangtuaku. Karena sungguhlah, kemampuan sebenarnya bukan ajang perempuan (sepertiku) untuk menyombongkan diri, tapi 'tuk menggandeng tangan laki-laki(ku) agar tak kerepotan sendiri. Karena masa depan sudah tentang dua orang, bukan?
Mengerti, ya, kumohon.

The woman is the reflection of her man.” — Brad Pitt
Bacanya buatku malu (dan tidak pantas). Entah, kamu yang (semoga) baik akhlak, hati, juga imannya, akan dikatakan apa jika berdamping aku? Bahkan aku akan bingung setengah mati jika Tuhan tetap pilihkan aku untukmu.
Akhlakku masih jauh dari sempurna, lalu bagaimana bisa aku dipilih Tuhan 'tuk jadi pendampingmu?
Bacaanku masih fiksi kacangan dan bukan Al-Qur'an, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi tuntunan bagi anak-anakmu?
Tubuhku masih belum terjaga sempurna, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi rumah yang aman bagimu?
Hatiku masih penuh dengan iri pula angkuh, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi penyejuk hatimu?
Tanganku masih malas bantu sesama, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi tangan kananmu bangun rumah tangga?
Telingaku masih suka dengar yang jahat, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi pendengarmu yang baik?
Lisanku masih suka banyak bicara pula berkata tak layak, lalu bagaimana mungkin aku pantas menjadi pelipur laramu?
Masih jauh perjalananku agar pantas menjadi pendampingmu. Bersabarlah, kumohon.
Mari anggap ini menyenangkan, menunggu janji-Nya yang tak pernah ingkar, dalam usaha menjadi ikhlas dan taat.
Aku hanya harap, semoga kita ada dalam satu ego nanti: ingin saling memiliki, selamanya.

Sungguhlah, bukan aku diam, Dia tahu betapa aku selalu ribut dan berisik memintamu dalam sujud panjang di akhir rakaat.
Pun bukan aku diam, hanya saja takdir masih menuntut kita 'tuk berjalan lebih lama.

Kau pun tahu, menemukan hanyalah perihal waktu.
Namun, keyakinan justru yang nyatanya bukan perkara waktu. Keyakinan bahwa masing-masing adalah yang terbaik untuk masing-masing.
Karena pada akhirnya hidup memang hanya perihal mencari jalan terbaik menuju mati, juga yang terbaik sebelum mati.
Sekarang kutanya, apa yang ingin kau capai dalam hidup?
.....
.....
Kalau aku, jadi yang kau gapai sebelum mati. :)

Sekian dulu, sudah larut. Selamat tidur, Tuan.
Aku akan sedia di sisi ragamu suatu masa, setiap lelapmu, pun terjagamu.
Dan jadilah satu yang kubangunkan Subuh-nya, lalu jadi Imamku, selamanya...


Tertanda, Rumahmu.

Bagian kedua dari "Tujuh Tahun"

Jumat, 21 Juni 2013

Sesederhana Itu

Aku membesarkan volume radio yang kemudian dikecilkan kembali oleh yang berada di bangku kanan.
"Aku lebih baik denger suara napas kamu daripada denger suara radio." 
Lalu tersenyum.

Sesederhana itu saja.
Lalu detik itu dan kemudian, didapati aku, tersenyum tiap mendapat ingat.
:")

Kamis, 20 Juni 2013

Untuk Kamu yang Kutuju

Untuk Kamu yang Kutuju,

Jika kau kini lihat senyum ini indah, tolong sampaikan terima kasihku pada lelaki dalam cermin itu.
Kuakui, kita memang dua kepala yang sama keras, namun kupastikan kita pun dua hati yang sama rasa. Mungkin lusa kita akan bertengkar, tetapi kamulah, sayang, yang kupeluk sekarang.

Katanya, semakin jatuh cinta, semakin keras pula usaha perbaikan diri agar pantas mendampingi yang terbaik.
Ini gila, tapi nyata. Alam bawah sadarku seolah paksaku lakukan itu, sedikit demi sedikit. --Ya, senyuman khasmu kupersilakan--
Ada yang menarik tentang ini:
Bersamamu, bermimpi dan berencana tak kurasa takut. Entah, segalanya terasa mungkin dan dekat sekali. Sekali lagi kuulangi, entah. Ya, tenang saja, ini masih aku yang seringkali adu keras denganmu karena jalan pikir terlalu realistisku.
Mungkin karena kau layaknya pagi yang tidak pernah berjanji namun datangnya hampir pasti. Hingga bukan pada kata dan janji manismu, namun pada kesabaranmu menjaga rasa, hatiku tertuju.
Atau mungkin karena katanya, wanita pada akhirnya akan jatuh pada peluk mereka yang menjadikan dirinya prioritas. Dan lakumu tak pernah gagal tunjukkan bahwa aku daftar teratasmu. Ya, merasa dipentingkan itu memang selalu mewah.
Atau mungkin juga karena kau yang sudah jadikanku rencana besarmu. "Jangan ke mana-mana" sudah seperti kopi hitam bagimu, tak pernah kau lewati harimu tanpa itu.
Ya, atau mungkin juga karena pada suatu titik, semua akan butuhkan sesuatu di atas rasa nyaman: rasa aman. Dan yang kusadari aku bersama orang yang tepat.

Di dua pasang tangan terselip doa dengan nama satu sama lainnya. Apapun isinya, yang terpenting dua pasang mata tertuju pada garis akhir yang sama. Perbedaan cara pandang, tak jadi soal. Selama tetap saling jadikan tujuan, yang berjauhan, akan saling menemukan.
Yang kuharap sekarang sampai nanti adalah dua hati yang saling bersyukur. Karena pada akhirnya, Tuhan akan persatukan dua yang bersyukur, dan saling mensyukuri keberadaan satu sama lain.
Pun jika langkah ini nanti tidak diizinkan bersisian, aku akan berjalan berseberangan, melihat dari kejauhan, 'tuk memastikanmu sampai tujuan.

Terima kasih telah menjadi seseorang yang merangkap banyak sekali.
Dan terima kasih untuk tetap ada, Bima Azhar Nugroho. Aku dan segalaku, bersyukur atasmu.
Forget forever. Just love me al(l-)ways.


Aku, yang (biasanya) realistis

Senin, 17 Juni 2013

#11

Sungguhlah, aku dan segalaku berserah kepada-Mu, Sang Maha Berkehendak.

tulus kupinta doa dan aminmu.....

Minggu, 09 Juni 2013

Tentang Syukur?

Tak tahu dengan kata, frase, atau kalimat apa harus kumulai paragraf ini.
'Hidup tidak mudah, ya?'? Ah, tidak. Janggal kurasa saat kuketik kalimat itu. Seperempat abad rasakan dunia saja belum, bisa-bisanya ucap kalimat itu. Dan lagi, banyak syukur pun akan kupapar di sini.

Aku akan ceritakan syukurku.
Kamu pernah tahu perasaan ini? Perasaan di mana kita mengetahui bahwa orang-orang yang kita doakan kebahagiaannya, terkabul kebahagiannya? Hanya mendengar saja, berteriak mulut ini lepas kendali. Ditambah ketika melihat, pancaran bahagia dan tawa lepas mereka yang terdengar sudah tak ada beban. Sungguh, luar biasa tak terkira rasa syukur ini. I thank You, The Great Giver.
Soal ini, jelas aku tidak sedang iri dengan keberuntungan orang lain. Keberuntungan bukan hanya soal keberuntungan. Dan beberapa keberuntungan bahkan harus digapai, memang bukan hanya ditadah begitu saja.

Kerap kutarik napasku dengan berat memang akhir-akhir ini.
Entah, aku sedang merasa jauh dengan Pencipta. Iya, padahal Dia tak pernah sedikit pun tarik langkah-Nya dariku. Tuhan memang selalu bersama kita. Kita saja yang kadang lupa. Aku saja yang kerap belokkan arah.
Entah, aku sedang merasa berada di strata se-tidak-pantas-itu untuk lantunkan harap pada-Nya. Perintah-Nya saja sering kuabai, percaya diri sekali teriakkan pinta segala. Nama-Nya saja sering kulupa, percaya diri sekali rontakan harap segala. Semua sudah di depan mata, sempat-sempatnya aku rasa usahaku tak juga cukup, sedang doaku tak sedikitpun kurasa pantas. Ya, aku memang sedang merasa semalu itu. Malu meminta banyak padahal sering lalai menunaikan hak-Nya. Aku yang tak ada apa-apanya ini harus apa, Tuhan.....?

Namun, syukurku yang lain adalah masa itu sudah lalu. Aku pahami banyak hal dari bulan singkat itu dan bangkit pada minggu yang sesingkat itu pula.

Aku berusaha memahami waktu dan rencana-rencana yang Tuhan sisipkan untukku. Ya, ketika hati berkata 'ingin', sedang Tuhan berkata 'tunggu'.
Aku sadar tak pantas keluhkan urusan yang sulit, kenapa tak salahkan diri yang mungkin masih sering menyulitkan urusan orang lain.
Aku pun sadar tak pantas keluhkan doa yang lama dikabulkan, kenapa tak salahkan diri yang sering lalai menunaikan kewajiban.
Pun sekarang aku sadar, harusnya aku berbahagia doa dan usahaku belum dijawab, berarti Tuhan percaya, aku bukan orang yang mudah putus asa. Alhamdulillah.
Dan katanya, dalam doa yang lama dikabulkan, ada pesan bahwa Dia ingin kedekatan kita dengan-Nya bertahan lebih lama, karena katanya, Allah pun senang merindu, Dia beri kita ujian agar yang dirindu mendekat dan bermesraan dengan-Nya di sepertiga malam. Ya, karena jika dengan kenikmatan kita tidak juga mendekat pada-Nya, maka dengan ujian kita akan ditarik ke arah-Nya. Ah, ya, aku cukup jauh meninggalkan-Nya ternyata. Kini aku diingatkan, ada tempat yang paling hangat dan menghangatkan ketika malam; dalam sujud diatas sajadah.

Kini aku sedang belajar.
Aku belajar melepaskan yang mengganggu pikiran juga yang menggelisahkan hati.
Salah satu arti dewasa itu mungkin bisa menyembunyikan rasa kecewa, sebab tidak semua orang perlu tahu rasa kita. Ya, aku belajar.
Menahan diri untuk tidak mengeluh menjadi bagian tersulit, namun aku sedang belajar.
Aku pun sedang belajar dari bola bekel; boleh jatuh dulu, tapi hanya untuk memantul lebih tinggi.
Aku pun sedang berusaha untuk tidak takut lelah dalam berburu berkah.
Dan aku sedang berusaha melengkapi yang kurang dan memperbaiki yang salah.

Ah, ya, sekarang mari ikhlaskan yang terlepas dan siapkan diri untuk yang akan datang.
Dan aku sedang menanamkan pada ingatku bahwa rahmat Allah tidak akan sampai pada hati yang sombong, seperti air hujan yang tidak akan tergenang di dataran tinggi. Jadi, Hati, marilah bersyukur. Tunjukkan pada-Nya kalau kita siap dan pantas diberi nikmat lebih banyak.

Dan soal pinta, hari itu kubaca,
Ketika lisanmu digerakkan untuk meminta, berarti Allah hendak memberimu. -- Ibnu Athaillah
Entah, ini bagai angin segar atau justru alat tampar. Seketika pun malu yang berlipat kurasa, pikir apa aku, bukankah Tuhanku Maha Segala-galanya?

Ya, tak ragu lagi kuucapkan pinta, kuceritakan resah, dan kurontakan ingin.
Pintaku bukan semua urusan yang dipermudah, namun aku yang dikuatkan untuk jalani semua yang tak mudah.
Semoga ditenangkan setiap hati ini resah, juga diringankan semua beban yang berat.
Doaku tak hanya tentang pinta untuk dikabulkan, tetapi juga pinta diberi ikhlas jika tidak terkabul. Meminta lapangkan dada dalam menerima keputusan-Mu juga lembutkan hati dalam menerima kebaikan-Mu. Karena ketika satu saja hal dilakukan sudah tidak diiringi ikhlas, seluruh perbuatan akan terasa berat.
Dan satu yang paling kupinta, "Tuhan, jika doaku terlalu tinggi, tolong rendahkan aku dengan hati-hati."
Amien.

Kemudian, kuserahkan diriku yang berpasrah.
Bukankah Siti Hajar berlari tujuh kali bolak-balik dari Shafa ke Marwa, namun zam-zam justru terbit di kaki bayinya? Ya, ikhtiar itu laku. Rezeki itu kejutan. Kita berusaha 'tuk bersyukur. Tapi rezeki tak selalu terletak di pekerjaan kita; Allah taruh sekehendaknya. Kini ayat-Nya harus kupercaya,
"Ketetapan Allah itu pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat datangnya." (QS.16:1)
Berusaha, lalu ikhlas. Ini, aku sedang sangat belajar.

Dan ini yang buatku akhirnya tersenyum,
Ketika Allah membukakan pintu pemahaman kepadamu mengapa tidak diberi, maka hal itu sudah merupakan bentuk pemberian. -- Ibnu Athaillah
Alhamdulillah. :)

Tahu tidak? Sekarang aku sedang getol-getolnya lomba lari. Lari apa? Bukan lari apa atau lari dari apa, tapi lari ke mana? Tentu saja, lari mengejar impian. Dan aku dengan tulus minta doamu, yang membaca. :)

Selamat jelang pagi, selamat mengejar mimpi yang dikehendaki!

Senin, 03 Juni 2013

Sudah Juni

Berganti, dari Mei lalu Juni.

Lalu apa yg ditinggalkan Mei? Seragam sekolah lusuh dan bekal hebat 'tuk masa depan. Potret kenangan 'tuk tersenyum kembali beberapa tahun kemudian.
Lalu apa yang ditinggalkan Mei? Sepucuk doa yang tak diamini Si Pendosa.
Lalu apa yang ditinggalkan Mei? Tanggal-tanggal sepenggal asa, hasilkan wajah harap-harap cemas, penantian pada kepastian yang telah lewat berbulan.
Lalu apa yang ditinggalkan Mei? Sebuah jawab yang nyatanya tertunda dan sejumlah puisi yang hanya dikomat-kamitkan didalam hati.
Lalu apa yang ditinggalkan Mei? Bekas gerimis di kaca jendela, dengan goresan harap mengering di sana.
Lalu apa yang ditinggalkan Mei? Kehambaran mimpi; tentang asa yg terlalu cepat diberi titik di saat detik masih ingin berlari.
Lalu apa yang ditinggalkan Mei? Sederet harapan lewat yang akan hilang dibawa lari oleh pagi belia tertanggal satu Juni.
Lalu apa yang ditinggalkan Mei? Langit merah basuhan duka yang dipaksa tetap membara.
Lalu apa yang ditinggalkan Mei? Perintah lepas semua tumpuan harap, beristirahat sekelebat 'tuk bersiap dapatkan bait baru.
Lalu apa yang ditinggalkan Mei? Satu cangkir teh, satu deret kata, juga air mata yang tercekat.
Lalu apa yang ditinggalkan Mei? Terlalu banyak. Haruskah kusebut satu per satu? Kemari, akan kusampaikan padamu.

Selamat datang, Juni, semoga kau benarlah memang Sang Pelipur.


aqmrn

Senin, 20 Mei 2013

#10

Saya satu dari mereka yang percaya bahwa kata adalah senjata yang efektif dalam kehidupan manusia segala era. Kalau kamu?

Kamis, 16 Mei 2013

Happy Birthday, Lifetime Hero!

16 Mei. Lima puluh satu tahun.

Hati yang terisi cinta tak lekang waktu dan doa terhangat untuk pria pertama yang sangat kucinta. Selamat ulang tahun untuk pria terhebat yang pernah kukenal, Papa.

Di hari bahagiamu, entah apa yang harus kupersembahkan, yang kutahu aku sangat ingin mengucap berjuta terima kasih padamu.
Ajarkanku nilai kehidupan beserta semua esensinya. Tunjukkan bagaimana sebenar-benarnya dunia; yang baik, yang buruk, semua terpilah dengan cara ajarmu. Ajarkan agar kaki selalu pijak bumi, sementara tangan selalu gapai matahari. Darimu, aku belajar banyak tentang kehidupan. Semakin aku tahu dan tahu, pun semakin aku tahu bahwa kau selalu lebih tahu. Tanpa patah katamu, entah akan seseok apa kaki kecil ini melangkah.
Terima kasih untuk cintamu yang lampaui kata bahkan imajinasi, yang lampaui bulan bahkan bintang-bintangnya. Cintamu yang selalu beriku kuat dan percaya akan aku. Cinta dan tawa, dua hal yang tak pernah habis kau beri, yang tak pernah gagal buatku menengadah syukur.
Terima kasih untuk baikmu yang tak pernah habis kau sediakan. Kau tak setitik pun biarkanku keliru langkah, jatuhkan air mata, dan rasakan takut. Sempat ku berpikir bahkan luas semesta tak lebih besar dari tempat kau tempatkan perbekalan baikmu itu.
Dan terima kasih karena menjadi tak hanya acuan, tetapi juga inspirasi. Inspirasi untuk segala. Pahlawan nyata. Simbol kearifan. Pembungkus setulus-tulusnya perhatian dalam sekokoh-kokohnya sosok.
Terima kasih atas segala yang kau sediakan, usahakan, dan berikan. Bungkuk apresiasi tak hingga untukmu, Ayah terbaik di dunia! :)

Ah, aku tahu, 'terima kasih' bahkan tak sebesar ujung kuku dibanding makna hadirmu. Sekeras apa pun aku mencoba, sebanyak apa pun yang ku persembahkan, mustahil imbangi kasihmu yang tak pernah kau hitung selama itu untukku.

Ya, pun aku tahu, di mana pun aku, siapa pun aku nanti, dan dengan siapa pun aku nanti, aku terus akan tetap menjadi gadis kecil Papa.
Dan kau pun harus tahu, sampai kapan pun, kau akan tetap menjadi pahlawanku.
Mari sama-sama tahu dan beritahu dunia bahwa ini sampai kapan pun. Ya, sampai kapan pun.

Ah, namun aku curiga kau tak pernah tahu cintaku begitu besar. Ya, karena kita berwatak sama; tak mudah gambarkan hati.
Namun, tak peduli bangga atau tidak kau miliki aku, yang harus kau tahu, aku selamanya bangga miliki kau sebagai ayah. Karena aku tak tahu bagaimana kau definisikan buah hati sempurna, namun, lagi yang harus kau tahu, kaulah ayah dalam definisi sempurna. :)
Hormatku untukmu selalu bertambah seiring bertambahnya tahun. Bagiku, kau bintang terangku yang sejati. :)

Menua satu digit, mengingatkanku pada helai-helai abu yang bertengger di bagian atas tubuhmu. Juga kerut yang tak lagi satu di wajahmu. Ah, tak perlu cemas, Papa, bahkan mereka buatmu tampak lebih tampan. :p

Kau begitu istimewa. Kamu adalah legenda, idola, dan sosok yang selalu kubungkukkan badan tanda hormat untuk yang tertinggi.
Kau adalah alasanku. Alasan aku menjadi aku, alasan aku dengan semuaku, alasan aku untuk masa depanku.

Sorai gembira selamati hari besarmu, Papa. Doaku, agar sehat rengkuh selalu tubuhmu, bahagia dekap selalu jiwamu.
Harap ocehanku ini sumbang satu senyum simpul di harimu ini. Bagiku, kau dan akan selalu kaulah nomor satuku.

Sekali lagi, selamat ulang tahun, Papa. Aku dan segala serpihku menyayangimu, dengan penuh. :)

Selasa, 14 Mei 2013

#9

Karena ini juga perihal hati; tidak ada yang benar-benar salah, pun tidak ada yang benar-benar benar

Senin, 06 Mei 2013

#8

Karena ini perihal hati; bukan siapa yang pertama memenangkan, namun siapa yang paling menenangkan.

Jumat, 26 April 2013

Jangan Salah Pikir

"Tenang, semua akan pulih. Kau selalu punya waktu."

"Untuk?"

"Apapun."

"Oh ya, benar. Katanya, waktu menyembuhkan, ya? Kuharap begitu."

"...Ketika waktu hanya dapat memberimu waktu?"

"...Yang kemudian menyembuhkan, bukan?"

"Menurutmu begitu?"

"Setidaknya, menurut kebanyakan."

"Benar begitukah?"

"Lalu?"

"Waktu hanya jadikanmu terbiasa, lalu mati rasa. Efeknya? Lupa."

"Ah, ya..."

"Paling tidak, waktu memberikanmu waktu. Untuk berdamai dengan nyata lalu kembali meramai segala rasa."

"Lalu yang terbang hilang?"

"Tidak akan seindah lalu, namun....lebih indah."


Dan tentang balas, manusia memang hebat, kerap buat Tuhan menjadi malas mengulur bantu. Ya, karena suka campuri urusan-Nya.
Hati-hati dengan doa.

Jumat, 12 April 2013

#7

Pernahkah terbesit tanya akan air, bagaimana rasa tempuh sejauh-jauhnya perjalanan namun samudera jualah labuhan akhirnya? Tenang? Jenuh?

Sabtu, 06 April 2013

#6

Lucu. Ya, Manusia.
Berujung merontakan hal yang lalu disiakan.
Contoh sederhananya: waktu.
Contoh rumitnya: kamu.

Jumat, 05 April 2013

Tanya

"Apa yang disebar, pun itulah yang dituai."
Andai jika yang kusebar pestisida, dimana kucoba bunuh sadis hama yang tujuan keberadaannya hanya demi menyambung hidup, untuk petani yang juga ingin menyambung hidup. Yang kutuai, baikkah? Burukkah?
Andai jika hama yang kucoba bunuh sadis itu dapat derita, teruskan hidup mengeluhkan derita, namun juga mendoakanku derita. Pun ia sedang menyebarkah? Atau terhitung sebagai doakah?

Kepada pepatah, diri ajukan tanya.
Kepada Tuhan, hamba harapkan jawab.

Minggu, 31 Maret 2013

Galaksimu

"Mengerti, Bulan selalu butuh Matahari, dan sebaliknya. Tapi Bumi adalah tempat sandiwara mereka disaksikan. Siang dan malam terima takdirnya."

"Curiga Bumi tak kenal muak. Bulan dan Matahari saja yang tak kenal muka; menggertak, namun ada harap dalam tak acuhnya"

"Bumi beranjak dari tempat dimana ia biasa terdiam hanya untuk melihat keadaan Matahari dan Bulan, yang ia tahu Bulan selalu butuh Matahari. Seandainya ia Tuhan."

"Poros. Itu yang Jagat Raya tahu tentang apa yang Bulan dan Bumi punya. Maknanya? Dinamis. Pun Jagat Raya tahu Matahari diam; melihat, menyimak. Namun tanpanya, rentet kalimat ini tak akan terentet.
Ya, kalau yang ada di pikiranku dan pikiranmu satu :)"

"Bumi yang memandang wajahnya tatkala Bulan tersenyum, tertawa, tersipu, menangis, mengadu, dan merajuk. Bulan yang selalu jadi inspirasi, misteri, juga...bait penyesalan..."

"Hai, ternyata pikiran kita berbeda. Selamat malam."

"Iya, ternyata berbeda. Teramat menyenangkan tetapi. Dan sekarang kita saling tahu jalan pikiran masing-masing, bukan?
Teruntuk Matahari dalam pikiranmu, di sini teringat semua perjalanan panjang yang membentuk suatu kekuatan sepertimu. Night!"

******************


"Mengapa Bumi taruh harap pada Matahari jika yang didapat hanya kemarau panjang?"

"Kata siapa? Tawa Matahari tetap bisa dinikmati, Tangisnya tetap bisa dirasakan. Dan tidak ada kemarau yang selamanya, kalaupun selamanya, Bumi pasti bersyukur masih diberi sempat lihat tawa Matahari."

"Apa benar Bumi sebenar-benarnya tak ber-ingin henti dengan revolusinya yang tak henti? Siapa yang tahu kehidupan di dalamnya inginkan mati?"

"Jangan pertanyakan yang sudah tahu betul jawabannya. Tahu takdir? Itu takdir Bumi, tak henti kelilingi Matahari."

"Hanya khawatir kalau-kalau lelah."

"Tidak perlu, tidak pernah. Bukan mau Bumi jadikan Matahari pusat revolusi. Dan itupun takdir, Bumi berhenti hanya jika kiamat."

"......"

"Tak suka? Sudahlah, sampai kapanpun Bumi tak akan pernah lemparkan harap. Hanya inginkan Matahari yang terus bersinar, jadi? :)"

*****************


Fajar.
Tanda sapa Matahari kini. Senyum simpul semangati pagi milik Bumi kini.

Senja.
Tanda rindu Matahari kini. Peluk dan oceh hangat, cerita juga dengar lelah Bumi sehari kini.

*****************

Siapa yang sangka? Ah, ya jelas saja, ini galaksimu, kan? Juga Semesta memang luar biasa, kan?

*****************

Kamis, 28 Maret 2013

Your 18th Birthday

Dear Natika Rahmata Kadarusman,

March 28th is your special day. A special day is born just for you, to get you all your desires and shower you with joys too.
I'm wishing you superb health and prosperity all throughout your life. And I wish you have a lovely day filled with plenty of smiles and laughter. Birthday wishes and blessings are coming your way, dear.

I probably don't tell you often enough, but I do and will always treasure our friendship. You're a part of so many of my great memories.
And I want you to know how special you will always be to me, sweetie. Without you, life would just never be the same, indeed, girl.

I ask you to live your life to the fullest. Dream big, beyond the limits, and touch the sky. Say all is well and enjoy every single moment in your life, Tik.
You know, life is a huge stage. And you will give the best performance, I'm sure. You will win every possible opportunity that comes your way.
Don't you worry about the future, but promise me to let nothing change you except for the better, will you? :)

Ohya, I want to tell you that something saddened me when I woke up this morning. It was me who realize that next year we'll be on our own path, live our own life as our own self dream it. (Amin). And there will come something sucks called 'distance'. Ah, Life must be a bit boring when you're not around. Spending two years, dan nyaris tiada hari tanpa kamu, even weekend sekalipun. Ya, life does change.
Huwah, But don't you ever worry, no matter how far and how busy future brings us, you'll always have a special place deep in my heart, I promise. And I wish, today won't be the last time I see you blowing your birthday candle right in front of my own eyes. I do really wish....

And last, I wish this post brings a smile to your face and a twinkle to your eye, because happiness is what I've always wished for you. Wishing you happiness today, tomorrow, and always! Have a brilliant eighteenth birthday to my bestie, Natika Rahmata Kadarusman! I love you, always.
"Ingat, sejauh apapun kau melangkah, tempat kau pulang selamanya di sini."

Senin, 25 Maret 2013

Kamu

"Tak peduli berapa lama untuk sampai, tak masalah selama kita sampai."
Ini tentang yang lima tahun silam dilekatkan ingat.
Yang selalu dilekatkan ingat pada sudut kali pertama lihat.
Yang selalu dilekatkan ingat pada balut tubuh yang kukenakan kali pertama lihat.
Yang selalu dilekatkan ingat pada surai kepala yang kupunya kali pertama lihat.
Yang bahkan selalu dilekatkan ingat pada kemas gizi yang kusesap kali pertama lihat.

Ini juga tentang yang kini berikan segala.
Yang selalu bersedia untuk yang tidak selalu tersedia.
Yang siapkan banyak waktu untuk yang terkadang tidak punya waktu.
Yang senantiasa lontarkan ingat pada yang ingat sedikit pun syukur.
Yang limpahkan paham pada yang terkadang tak bisa dipahami.
Yang bahkan bersabar luar biasa hadapi yang luar biasa tidak bisa bersabar.

Ini tentang kamu.

#5

Bumi...

Yang ada padamu, sungguhlah sehidup-hidupnya rasa.

Hingga memelukmu, sudahlah bagai memeluk satu dunia.

Sedang dikasihimu, benarkah memang ku ditetesi berkah surga?

Minggu, 10 Maret 2013

Sudah Repot

Pencitraan.
Berbondong orang kau tarik 'tuk berimu opini baik, sumbangmu simpati, sediakanmu sorai.
Sudah dapatkah? Bahagia?

Pencitraan.
Berbondong orang kau dorong 'tuk lemparkannya emosi, sumbangnya sindir, sediakannya sorak.
Sudah lihatkah? Bahagia?

Realita.
Kau hanya terlalu peduli hingga habiskan waktu untuk benci, sedang hatimu masih saja gulana.

Realita.
Ia hanya tidak peduli hingga tak habiskan waktunya untuk balas benci, dan hatinya tetap saja bahagia.

Ah, benar, inilah hidup. Baru ingat?


N.B.:
"Terima kasih sudah repot-repot citrakan diri yang terlampau tak acuh ini. Lelah, Manis? Ya, aku tahu dunia buat kau kewalahan akhir-akhir ini. Istirahatlah. Tengguk teh hangatmu. Yang kau perlu tahu, Tuhan itu adil, namun semesta memang jahil." :)

Minggu, 03 Februari 2013

Tujuh Tahun

Selamat malam kamu.
Entah, malam ini terkhayal tentang kamu, yang padahal belum kumengerti bagaimana mengkhayalkanmu. Entah, malam ini terbayang akan kamu, yang padahal belum kupahami bahkan bayanganmu.

Kamu yang sering kubayangkan dan khayalkan, apa kau juga satu pikir denganku saat ini? Penuh tanya akan aku yang juga belum kau tahu siapa aku? Ah, aku saja mungkin yang terlalu tidak sabar melihat rupamu.

Kamu yang belum kutahu kapan kita dipertemukan, berada dimana kamu sekarang? Sudahkah berada di jalan untuk saling menemukan? Kalaupun belum, tak apa, nikmati saja dulu. Kalaupun masih singgah, pun tak apa, toh kita masih punya banyak waktu. Datanglah jika hatimu sudah utuh, karena aku tidak akan pernah izinkan kau berbagi. Dan menetaplah jika hatimu sudah nyaman, karena aku bukan lagi tempat singgahmu nanti.

Kamu yang belum kutahu bagaimana cara Tuhan pertemukan kita, jangan paksa Tuhan untuk cepat beritahu jalan kita. Tuhan bisa saja pertemukan kita dengan jalan yang tak disengaja, tak diduga. Yang kuyakin cara-Nya tak akan pernah salah. Tak apa, bukan, bila sedikit tak terduga jika bukakan jalan terindah?

Kamu yang belum kutau asal-usulmu. Ah, kau pasti orang yang sangat spesial nanti, yang akan merangkap menjadi segalanya untukku. Yang bersedia kubuat jengkel dengan tingkahku setiap harinya. Yang bersedia kubuat gemas dengan suasana hati tak tentuku tiap si bulan datang. Yang bersedia kuganggu lelapnya saat buah hati kita menempati perutku yang nantinya kian membesar. Yang bersedia untuk selalu ada.

Kamu yang belum kutahu bagaimana rupamu, jangan pernah putus asa dalam jalanmu menuju takdir kita. Aku tahu tidak ada jalan hidup yang mudah, tapi bolehkah jadikan aku, masa depanmu, sebagai alasanmu untuk segera bangkit tiap jatuhmu? Ketekunan, kesabaran, fokus, atau motivasimu, tak bisakah aku menjadi bagian dari antara itu? Dapat kujanjikan hari nanti di sisimu lewati setiap naik turunmu. Setiaku mendekap, sediaku mengangkat.

Kamu yang belum kutau namamu, mari benahi diri di sepanjang jalan saling menemukan. Kau persiapkan dirimu, dan aku memantaskan diriku. Bersediakah?

Kamu yang entah siapa kamu. Hal seperti apa yang kau pinta dariku? Aku hanya dapat janjikan hal kecil mungkin, tak apa? Membangunkanmu di setiap pagi dengan senyuman, agar kau mulai harimu pun dengan senyuman. Ibadah subuh berjamaah, sudah pasti kau imamnya. Ah, kau pasti imam terbaikku nanti. Siapkan baju kerjamu, rapikan kemejamu, dan pakaikan dasi untukmu, tak peduli kau bisa atau tidak kerjakan semua itu, aku hanya ingin tangan kecilku berguna untukmu. Menyiapkan asupan pagimu yang akan beri tenaga harimu mencari nafkah, tidak akan kuizinkan kau keluar mencari nafkah jika perutmu kosong. Lalu kulanjutkan dengan mengantar si kecil menuntut ilmu. Ah, dia pasti sangat lucu dengan seragam sekolahnya. Dan jika matahari mulai menantang di atas kepala, akan kuingatkan kau sudahi dulu urusanmu, dan pikirkan badanmu dengan asupan siangmu. Akan kumasakkan untukmu jika kau ada waktu pulang ke rumah sebentar untuk makan denganku dan anak-anak. Dan malam hari nanti saat kau pulang, kupasti siapkan senyum termanisku sambut kau yang pasti lelah bekerja, sudah ada teh hangat untuk kau minum, dan air hangat untuk kau mandi. Sementara kau mandi, aku membacakan dongeng sebentar untuk si kecil agar dia terlelap karena esok pagi dia masih harus pergi sekolah. Dan sisa malam akan kudengarkan keluh dan riangmu ceritakan bagaimana sepanjang harimu berjalan. Kusiapkan dekapku untuk setiap keluhmu, dan senyum bahagiaku untuk setiap riangmu. Dan kita pun menjadi sepasang yang saling selalu ada.

Kamu yang belum kutahu apa kesukaanmu, jika aku meminta sesekali bersenang-senang, bolehkah? Kita dan anak kita menapaki sisi bumi lain untuk nikmati keindahan dan waktu bersama tanpa ganggu. Mengganti penat dengan hangat. Boleh?
Jangan khawatir, akan kusesuaikan dengan kemampuan kita. Tak akan kupinta yang kita tak punya, anggap saja ini janjiku.

Kamu yang saat ini belum datang, mari saling sempurnakan masing-masing yang tidak sempurna nanti. Imanmu, kuandalkan untuk sempurnakan imanku. Wawasanmu, kuandalkan untuk sempurnakan pikiranku. Logikamu, kuandalkan untuk seimbangkan hatiku. Lenganmu, yang kuandalkan menjadi sandaran lelahku. Dekapmu, yang kuandalkan menjadi penenang resahku. Bahumu, yang kuandalkan menjadi tempat merebah manja. Dan senyum dan suaramu yang kuandalkan menjadi penyemangat hariku.

Kamu yang telah Tuhan persiapkan untukku, tak perlu kau tergesa-gesa, aku akan menunggu hari dimana kau datang dan membawa bingkisan berupa bahagia dan senyum termanismu. Namun ketika aku yang tidak akan lelah menunggumu ini sedang berdoa agar kau tidak tersesat, pastikan dirimu agar hatimu yakin akulah tujuan terakhirmu.

Tujuh tahun bukan waktu yang singkat untuk kau persiapkan diri, namun bukan pula waktu yang panjang untuk kau mencari.
Sampai jumpa nanti!

Tertanda, Rumahmu.