Minggu, 09 Juni 2013

Tentang Syukur?

Tak tahu dengan kata, frase, atau kalimat apa harus kumulai paragraf ini.
'Hidup tidak mudah, ya?'? Ah, tidak. Janggal kurasa saat kuketik kalimat itu. Seperempat abad rasakan dunia saja belum, bisa-bisanya ucap kalimat itu. Dan lagi, banyak syukur pun akan kupapar di sini.

Aku akan ceritakan syukurku.
Kamu pernah tahu perasaan ini? Perasaan di mana kita mengetahui bahwa orang-orang yang kita doakan kebahagiaannya, terkabul kebahagiannya? Hanya mendengar saja, berteriak mulut ini lepas kendali. Ditambah ketika melihat, pancaran bahagia dan tawa lepas mereka yang terdengar sudah tak ada beban. Sungguh, luar biasa tak terkira rasa syukur ini. I thank You, The Great Giver.
Soal ini, jelas aku tidak sedang iri dengan keberuntungan orang lain. Keberuntungan bukan hanya soal keberuntungan. Dan beberapa keberuntungan bahkan harus digapai, memang bukan hanya ditadah begitu saja.

Kerap kutarik napasku dengan berat memang akhir-akhir ini.
Entah, aku sedang merasa jauh dengan Pencipta. Iya, padahal Dia tak pernah sedikit pun tarik langkah-Nya dariku. Tuhan memang selalu bersama kita. Kita saja yang kadang lupa. Aku saja yang kerap belokkan arah.
Entah, aku sedang merasa berada di strata se-tidak-pantas-itu untuk lantunkan harap pada-Nya. Perintah-Nya saja sering kuabai, percaya diri sekali teriakkan pinta segala. Nama-Nya saja sering kulupa, percaya diri sekali rontakan harap segala. Semua sudah di depan mata, sempat-sempatnya aku rasa usahaku tak juga cukup, sedang doaku tak sedikitpun kurasa pantas. Ya, aku memang sedang merasa semalu itu. Malu meminta banyak padahal sering lalai menunaikan hak-Nya. Aku yang tak ada apa-apanya ini harus apa, Tuhan.....?

Namun, syukurku yang lain adalah masa itu sudah lalu. Aku pahami banyak hal dari bulan singkat itu dan bangkit pada minggu yang sesingkat itu pula.

Aku berusaha memahami waktu dan rencana-rencana yang Tuhan sisipkan untukku. Ya, ketika hati berkata 'ingin', sedang Tuhan berkata 'tunggu'.
Aku sadar tak pantas keluhkan urusan yang sulit, kenapa tak salahkan diri yang mungkin masih sering menyulitkan urusan orang lain.
Aku pun sadar tak pantas keluhkan doa yang lama dikabulkan, kenapa tak salahkan diri yang sering lalai menunaikan kewajiban.
Pun sekarang aku sadar, harusnya aku berbahagia doa dan usahaku belum dijawab, berarti Tuhan percaya, aku bukan orang yang mudah putus asa. Alhamdulillah.
Dan katanya, dalam doa yang lama dikabulkan, ada pesan bahwa Dia ingin kedekatan kita dengan-Nya bertahan lebih lama, karena katanya, Allah pun senang merindu, Dia beri kita ujian agar yang dirindu mendekat dan bermesraan dengan-Nya di sepertiga malam. Ya, karena jika dengan kenikmatan kita tidak juga mendekat pada-Nya, maka dengan ujian kita akan ditarik ke arah-Nya. Ah, ya, aku cukup jauh meninggalkan-Nya ternyata. Kini aku diingatkan, ada tempat yang paling hangat dan menghangatkan ketika malam; dalam sujud diatas sajadah.

Kini aku sedang belajar.
Aku belajar melepaskan yang mengganggu pikiran juga yang menggelisahkan hati.
Salah satu arti dewasa itu mungkin bisa menyembunyikan rasa kecewa, sebab tidak semua orang perlu tahu rasa kita. Ya, aku belajar.
Menahan diri untuk tidak mengeluh menjadi bagian tersulit, namun aku sedang belajar.
Aku pun sedang belajar dari bola bekel; boleh jatuh dulu, tapi hanya untuk memantul lebih tinggi.
Aku pun sedang berusaha untuk tidak takut lelah dalam berburu berkah.
Dan aku sedang berusaha melengkapi yang kurang dan memperbaiki yang salah.

Ah, ya, sekarang mari ikhlaskan yang terlepas dan siapkan diri untuk yang akan datang.
Dan aku sedang menanamkan pada ingatku bahwa rahmat Allah tidak akan sampai pada hati yang sombong, seperti air hujan yang tidak akan tergenang di dataran tinggi. Jadi, Hati, marilah bersyukur. Tunjukkan pada-Nya kalau kita siap dan pantas diberi nikmat lebih banyak.

Dan soal pinta, hari itu kubaca,
Ketika lisanmu digerakkan untuk meminta, berarti Allah hendak memberimu. -- Ibnu Athaillah
Entah, ini bagai angin segar atau justru alat tampar. Seketika pun malu yang berlipat kurasa, pikir apa aku, bukankah Tuhanku Maha Segala-galanya?

Ya, tak ragu lagi kuucapkan pinta, kuceritakan resah, dan kurontakan ingin.
Pintaku bukan semua urusan yang dipermudah, namun aku yang dikuatkan untuk jalani semua yang tak mudah.
Semoga ditenangkan setiap hati ini resah, juga diringankan semua beban yang berat.
Doaku tak hanya tentang pinta untuk dikabulkan, tetapi juga pinta diberi ikhlas jika tidak terkabul. Meminta lapangkan dada dalam menerima keputusan-Mu juga lembutkan hati dalam menerima kebaikan-Mu. Karena ketika satu saja hal dilakukan sudah tidak diiringi ikhlas, seluruh perbuatan akan terasa berat.
Dan satu yang paling kupinta, "Tuhan, jika doaku terlalu tinggi, tolong rendahkan aku dengan hati-hati."
Amien.

Kemudian, kuserahkan diriku yang berpasrah.
Bukankah Siti Hajar berlari tujuh kali bolak-balik dari Shafa ke Marwa, namun zam-zam justru terbit di kaki bayinya? Ya, ikhtiar itu laku. Rezeki itu kejutan. Kita berusaha 'tuk bersyukur. Tapi rezeki tak selalu terletak di pekerjaan kita; Allah taruh sekehendaknya. Kini ayat-Nya harus kupercaya,
"Ketetapan Allah itu pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat datangnya." (QS.16:1)
Berusaha, lalu ikhlas. Ini, aku sedang sangat belajar.

Dan ini yang buatku akhirnya tersenyum,
Ketika Allah membukakan pintu pemahaman kepadamu mengapa tidak diberi, maka hal itu sudah merupakan bentuk pemberian. -- Ibnu Athaillah
Alhamdulillah. :)

Tahu tidak? Sekarang aku sedang getol-getolnya lomba lari. Lari apa? Bukan lari apa atau lari dari apa, tapi lari ke mana? Tentu saja, lari mengejar impian. Dan aku dengan tulus minta doamu, yang membaca. :)

Selamat jelang pagi, selamat mengejar mimpi yang dikehendaki!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar