Rabu, 26 Desember 2012

Pada Akhirnya Butuh

Pada akhirnya, kita hanya butuh tertawa, diarahkan, dan kenyang. Ya, kenyang. Semua senang kalau kenyang, bukan?
Butuh yang dapat meredam bukan hanya mengalihkan, menciptakan tegar, dan membawa ke wajah realita yang nyata.
Butuh yang mendengar dan mengerti, bukan menasehati dan menggurui.
Dan butuh yang menerima seada-adanya, bukan lagi apa adanya.

Yang ketika ku panggil, menjawab dengan tatapan yang meneduhkan.
Yang ketika ku rengek, menjawab dengan sahutan yang menenangkan.
Yang ketika ku lelah, menjawab dengan lengan yang nyaman dijadikan sandaran.
Yang ketika ku sakit, menjawab dengan kesediaan terjaga yang melegakan.
Yang ketika ku resah, menjawab dengan kata yang menentramkan
Yang ketika ku senang, menjawab dengan senyum yang menambah kegembiraan.
Yang ketika ku jatuh, menjawab dengan tangan yang mendekap kemudian mengangkat.

Yang membuatku terus bersyukur akan hal sederhana yang terjadi, tanpa tapi.
Yang membuatku kanak-kanak abadi: spontan, manja, ngawur, dan tidak pendendam.
Yang membuatku selalu jujur tentang semua kata dan rasa, tanpa takut.

Dan pada akhirnya, semua akan kembali pada yang dengan baik menjaga, tanpa diminta, tanpa perlu dipaksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar